IQPlus,(4/9) - Pemerintah Indonesia dan Afrika berkomitmen untuk terus bekerja sama memperkokoh kemitraan strategis pada tiga bidang. Ketiga bidang tersebut adalah kerja sama di sektor energi hijau, hilirisasi dan human capital.
"Indonesia menunjukkan komitmen yang kuat untuk mempererat hubungan ini, menciptakan kemitraan yang saling melengkapi dan memperkuat posisi Global South di kancah internasional. Kami percaya bahwa kemitraan ini tidak hanya akan mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi juga pengembangan human capital," ujar Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani saat menjadi panelis dalam High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnership (HLF MSP) di Nusa Dua Bali, Senin (02/09/2024).
Tujuannya, kata dia, untuk mengatasi tantangan global seperti kemiskinan, perubahan iklim, dan ketidaksetaraan, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia di kedua kawasan. Rosan menyerukan kepemimpinan global dan peran aktif dari negara-negara selatan (Global South)untuk berkolaborasi mewujudkan kemitraan strategis tersebut.
"Saya berbicara pada kesempatan ini, untuk bersama-sama mendukung kepemimpinan global south di level dunia, sehingga kita bisa membawa aspirasi dan kebutuhan dari negara-negara selatan. Karena, masa depan itu ada di Global South," jelas Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat periode 2021-2023 ini.
Posisi Strategis Indonesia
Menurut dia, saat ini posisi Indonesia sangat strategis dan pengalamannya dalam pembangunan ekonomi menjadikannya pemain kunci dalam memperkuat kemitraan Global South. Rosan pun menyoroti keselarasan antara Visi Indonesia Emas 2045 dengan Agenda Pembangunan Afrika 2063 yang dapat menciptakan kondisi global yang lebih adil. Kedua visi ini berfokus pada beberapa sektor ketahanan pangan, kesehatan, dan energi berkelanjutan.
Potensi Indonesia
Rosan menjelaskan beberapa potensi kerja sama Indonesia dan Afrika salah satunya di industri nikel. Indonesia merupakan produsen nikel terbesar di dunia, dimana nikel merupakan salah satu bahan baku baterai kendaraan listrik. Di sisi lain, Zimbabwe memiliki sumber daya lithium, dan Maroko memiliki cadangan fosfat. Ketiga negara ini dapat bekerja sama dan berkolaborasi untuk menciptakan ekosistem baterai kendaraan listrik.
"Kolaborasi ini dapat menjadi kontribusi signifikan dalam transisi menuju energi hijau," tambah Rosan.
Selain energi hijau, Rosan juga menjelaskan potensi kemitraan lainnya seperti di sektor hilirisasi pertanian (rumput laut) dan perkebunan (minyak sawit). Sebagai tindak lanjut, Rosan mendukung adanya pertemuan tingkat tinggi secara reguler untuk menciptakan pemahaman yang lebih baik terkait kebutuhan kedua pihak antar kawasan.
Pertemuan Bilateral
Setelah kegiatan forum, Menteri Investasi melakukan pertemuan bilateral dengan Sekretaris Jenderal United Nation on Conference, Trade, and Development (UNCTAD) Rebeca Grynspan. Di hari yang sama, Menteri Investasi juga mendampingi Presiden Republik Indonesia dalam pertemuan bilateral dengan sejumlah pimpinan negara Afrika antara lain Ghana, Liberia, Zanzibar, dan Zimbabwe. Pertemuan ini membahas tiga isu utama yaitu ekonomi, pertambangan dan pembangunan. (end)
RI-AFRIKA PERKOKOH KEMITRAAN STRATEGIS PADA TIGA BIDANG
04 Sep 2024