JUDUL EKSPOR MALAYSIA KE TIONGKOK TURUN HAMPIR 29% DI BULAN OKTOBER IQPlus, (27/11) - Ekspor minyak sawit Malaysia ke Tiongkok turun hampir 29 persen dalam 10 bulan pertama tahun 2025, ungkap Menteri Perkebunan dan Komoditas Malaysia, Kamis (27 November). Penurunan ini menunjukkan tantangan yang lebih mendalam, tidak hanya terkait daya saing dan logistik, tetapi juga dinamika harga dan posisi pasar, ujar Johari Abdul Ghani dalam pidato pembukaannya di sebuah dialog industri. Ekspor minyak sawit Malaysia ke Tiongkok mencapai 1,4 juta ton tahun lalu, turun 5,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Johari mengatakan penurunan ini disebabkan oleh harga minyak sawit yang lebih tinggi dibandingkan minyak kedelai. "Karena minyak kedelai juga diimpor sebagai minyak nabati untuk konsumsi dan keperluan industri di Tiongkok, pembeli memilih alternatif yang lebih murah ... Ini bukan tentang geopolitik," ujarnya kemudian dalam konferensi pers. Minyak sawit mengikuti pergerakan harga minyak nabatipesaingnya, termasuk minyak kedelai, karena bersaing untuk mendapatkan pangsa pasar minyak nabati global. Harga minyak sawit mentah berjangka Malaysia di Bursa Derivatif Malaysia diperdagangkan pada RM4.060 (S$1.278) per ton pada hari Kamis. Johari menyarankan agar pembeli Tiongkok berinteraksi langsung dengan produsen minyak sawit utama di Malaysia, dengan mencatat bahwa pembeli yang berkomitmen pada perjanjian pembelian satu tahun mungkin berhak mendapatkan diskon. Johari mengatakan bahwa ia memperkirakan harga kelapa sawit akan tetap di atas RM4.000 per ton pada akhir tahun dan optimistis terhadap ekspor minyak sawit ke Tiongkok tahun depan, seraya menambahkan bahwa ia yakin selisih harga kelapa sawit-kedelai akan kembali normal. (end/Reuters)